Saturday, June 25, 2016

Seberapa Efektif Iklan Berbentuk VIdeo? Simak Jawabannya

Akan sedikit sulit untuk berbicara tentang content marketing tanpa membahas raksasa yang satu ini—video. Digadang-gadang sebagai masa depan dari content marketing, banyak perusahaan yang berupaya sebisa mungkin untuk memanfaatkan video. Hal ini dapat dimaklumi. Video online kini telah menjadi tolak ukur untuk membuat sebuah konten menjadi viral, bahkan sejak era video “Charlie Bit My Finger.”
Axonn Research menemukan bahwa tujuh dari sepuluh responden melihat citra para brandmenjadi lebih positif setelah menyaksikan video menarik buatan mereka. Sementara sebuah laporan dari Forrester mengatakan bahwa video berdurasi satu menit memiliki dampak yang sama dengan artikel berisi 1,8 juta kata.
Walau begitu, masih banyak kekurangan dari video yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Suatu hari nanti video mungkin akan menjadi raja di dunia konten. Namun untuk sekarang video masih harus berjuang untuk meraih mahkota tersebut.

Video bersifat linear

Iklan berbentuk video masih dianggap mengganggu user experience. Alasan terbesarnya adalah karena pesan yang disampaikan video sangat linear. Ini membuat usaha untuk menarik perhatian pengguna menjadi lebih besar.
Masalah terjadi ketika audiens mengeklik tombol “Skip Ad” sebelum pesan dalam iklan berhasil disampaikan. Sebuah studi dari Visible Measures mengklaim bahwa dua puluh persen pengguna meninggalkan video dalam waktu sepuluh detik atau kurang. Ini menuntut para pengiklan untuk dapat menyampaikan pesan mereka dengan lebih singkat.
Platform video seperti Vimeo dan YouTube memiliki iklan yang tidak bisa dilewati. Kamu boleh berpendapat kalau hal ini jauh lebih mengganggu dibanding iklan dalam bentuk lain, karena video menyita waktu lebih banyak ketimbang banner ad. Sistem berlangganan tanpa iklan, seperti yang ditawarkan YouTube Red, mengambil keuntungan dari ketidaknyamanan ini. Begitu juga dengan ad blocker.

Video menyedot paket data

CaseOnVideoAds|Image 1
Sumber: HuffingtonPost
Menurut penelitian Deloittetraffic yang dihasilkan dari konten audio dan video akan mencapai 82 persen dari seluruh traffic internet pada 2018. Ini karena konten video sangat banyak menggunakan data. Pengguna pun semakin selektif ketika mengakses video saat tidak ada koneksi Wi-Fi.
Fenomena ini terjadi di negara-negara yang pasarnya sedang berkembang, seperti Indonesia atau Filipina, di mana jaringan internet belum merata dan harganya cenderung mahal. Sementara kualitas koneksi internet di pasar berkembang masih buruk, dan Wi-Fi gratis untuk masyarakat masih berupa wacana, penyebaran konten video masih akan terbentur isu geografis.
Batasan ini akan memengaruhi penggunaan video dalam penerapan inovasi marketing, seperti location-based advertising. Menurut sebuah studi dari IAB UK, 66 persen darimarketer percaya bahwa location-based advertising adalah peluang paling menarik di tahun 2016. Apabila konsumen masih sayang menggunakan paket data mereka untuk mengakses video, maka iklan video yang menyasar pengguna perangkat mobile akan kurang efektif.
Sebuah iklan video Starbucks, misalnya, secara teoritis akan lebih efektif bila “disebarkan” ke calon pelanggan yang berada dekat outlet. Namun ini tidak akan berlaku jika mereka tidak memiliki akses terhadap koneksi Wi-Fi yang memadai.

Video adalah “bahasa” yang sulit dipelajari

CaseOnVideoAds|Image 2
Sumber: YouTube
Para brand seringkali kesulitan “berbicara” dengan golongan anak muda yang ada di dalam demografis mereka. Ketika brand mencari tahu cara memikat audiens untuk membeli produk mereka lewat iklan video, netizen lebih memilih untuk menonton video kucing melawan zombi atau video lelucon.
Hal ini dapat dimaklumi, karena tidak ada yang tahu formula untuk membuat video menjadiviral. Salah melangkah sedikit saja, upayamu akan sia-sia. Seperti misalnya langkah HTC melakukan rap battle dengan kompetitornya pada 2015
Tidak ada aturan baku untuk membuat sebuah video menjadi populer atau viral. Selain itu ada banyak sekali kompetitor di luar sana.
YouTube, leluhur dari situs video online, diperkirakan telah menerima hingga satu miliarunique visitor setiap bulannya. Menurut data tahun 2015 dari CEO YouTube Susan Wojcicki, ada lebih dari 400 jam video yang diunggah setiap menitnya. Ini berarti apabila kamu mengunggah video berdurasi lima menit, saat itu juga kamu bersaing dengan konten lain yang berdurasi 399 jam dan 55 menit.
Melihat ramainya persaingan yang ada, kamu harus membuat konten video yang lebih menarik untuk mendapatkan perhatian audiens, semoga bermanfaat kukakuser!

No comments:

Post a Comment